Jumat, 28 September 2012


“PEMERIKSAAN ENZIM”
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia


images.jpg


NAMA   :   MAS AGUS AKHMAD YUFROHI

D3 keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung
Jl.Terusan Jakarta, No. 75 Antapani Bandung

Laporan Praktikum

1.   Judul praktikum: Pemeriksaan enzim

2.   Tujuan:
1.      mengetahui pengaruh konsentrasi enzim, konsentrasi substrat  serta PH terhadap aktivitas enzim amylase
2.     Agar dapat melakukan pemeriksaan enzim
3.     Mengetahui serta memahami reaksi kimia yang terjadi pada pengujian enzim.

3.   Prinsip dasar:
Terbentuknya kompleks warna biru tua antara amilum dan iodium. Amilum setelah dihidrolisa oleh amylase secara berturut-turut akan membentuk dekstrin dan oligosakarida dengan masing-masing tingkat kemampuan mengikat iodium yang berbeda.


4.   Landasan teori:
 Menurut kuhne (1878), enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi.
Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan.
 Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu bahan senyawa organic yang mengandung logam.
Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuan yang disebut holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu. Bagian gugus prostetik yang lepas kita sebut koenzim, yang aktif seperti halnya gugus prostetik.
Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya : vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin).
Ada dua cara kerja enzim , yautu model kunci gembok dan induksi pas.
a. Model kunci gembok (block and key)
          Teori ini dikemukakan oleh Fischer (1988). Menurutnya, enzim diumpamakansebagai gembok karena memiliki sebuah bagian kecil yang dapat berikatandengan substrat yang disebut dengan sisi aktif, sedangkan substrat sebagai kuncikarena dapat berikatan secara pas dengan sisi aktif enzim.Substrat dapat berikatan dengan enzim jika sesuai dengan sisi aktif enzim. Sisiaktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenissubstrat saja, hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik.
Substrat yangmempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan danmembentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini tidak stabilsehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya. Jika enzimmengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif akan berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi.
Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yangsama.
b. Induksi pas (model induced fit)
Pada model ini sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk substratnya.

5.   Alat dan bahan
Alat:
a.     Tabung reaksi                e. incubator/penangas air
b.     Pipet ukur                      f. rak tabung
c.      Thermometer air            g. bak/waskom
d.     Stopwatch/jam tangan
Bahan:
a.   Air liur        d. HCl                   g. NaOH
b.   NaCl           e. Aquades           h.air es
c.    NaOH         f. NaOH               i. larutan iodium encer


6.   Prsedur/cara kerja:
1.     Siapkan 6 buah tabung reaksi.
2.     Pada tabung 1 masukan 1cc NaCl dan 1cc air liur
3.     Pada tabung 2 tambahkan 1cc NaOH dan 1cc air liur
4.     Pada tabung 3 tambahkan 1cc HCl dan 1cc air iur
5.     Pada tabung 4 tambahkan 1cc aqudes dan 1cc air liur
6.     Pada tabung 5 tambahkan 2cc NaOH dan 1cc air liur
7.     Setelah kelima tabung diisi masing-masing reagen, inkubasikan tabung dalam penangas air dalam suhu 37c selama 10 menit
8.     Pada tabung 6 tambahkan 1cc NaOH dan 1 cc air liur lalu direndam dengan es atau di masukan ke dalam kulkas selama 10 menit
9.     Setelah semua tabung yang berisi larutan tersebut diinkubasi, tambahkan 1 tetes larutan iodium dan perhatikran perubahan yang terjadi.


7.   Hasil tes
Nama: argia
pH keasaman air liur: 5

Tabung
Larutan
Warna
pH
1
NaCl
Hitam
netral
2
NaOH
Bening
Basa
3
HCl
Hijau
Basa
4
Aquades
Hitam
Netral
5
NaOH
Bening
Basa
6
NaOH
Bening
Basa

8.   Pembahasan:
enzim adalah senyawa protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan makhluk hidup. Enzim merupakan biokatalisator artinya senyawa organic yang mempercepat reaksi kimia. 
Kegunaan enzimkatalase adalah menguraikan Hidogen Peroksida (H2O2), merupakan senyawa racun dalam tubuh yang terbentuk pada proses pencernaan makanan.Hidrogen peroksida dengan rumus kimia bilaH2O2 ditemukan oleh Louis JacqueaThenard pada tahuna 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia organik yangmemiliki sifat oksidator kuat dan bersifat racun dalam tubuh.Senyawa peroksida harus segera di uraikan menjadi air (H2O) dan oksigen (O2)yang tidak berbahaya. Enzim katalase mempercepat reaksi penguraian peroksida(H2O2) menjadi air (H2O) dan oksigen (O2). Penguraian peroksida (H2O) ditandaidengan timbulnya
Gelembung
Bentuk reaksi kimianya adalah:
H2O --> H2O + O2.
Enzim tertentu dapat bekerja secara optimal pada kondisi tertentu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut :
a. Suhu
Enzim menjadi rusak bila suhunya terlalu tinggi atau rendah.Protein akan
mengental atau mengalami koagulasi bila suhunya terlalu tinggi (panas).

b.Derajat keasaman (pH)
Enzim menjadi nonaktif jika diperlakukan pada asam dan basa yang sangat
kuat. Sebagian besar enzim bekerja paling efektif pada kisaran pHlingkungan yang sedikit sempit (pH =± 7).Di luar pH optimal, kenaikanatau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat.

c.Konsentrasi enzim, substrat, dan kofaktor
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlahsubstrat berlebihan, maka laju reaksi sebanding dengan jumlah enzim yangada.Jika pH, suhu dan konsentrasi enzim dalam keadaan konstan, makareaksi awal hinga batas tertentu sebanding dengan substrat yang ada.Jikaenzim memerlukan suatu koenzim atau ion kofaktor, maka konsentrasisubstrat dapat menetukan laju reaksi.

d. Inhibitor enzim.
Kerja enzim dapat dihambat, baik bersifat sementara maupun tetap olehinhibitor berupa zat kimia tertentu.Pada konsentrasi substrat yang rendahakan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi.

9.   Kesimpulan:
Berdasarkan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa. Penambahanasam, basa, maupun pemanasan yang ekstrim dapat merusak enzim.Kerja enzim dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :
a.            Suhu (temperatur)Semakin tinggi suhu, reaksi kimia yang dipengaruhi enzim semakin cepat.Tetapi jika suhu terlalu tinggi, enzim akan mengalami denaturasi.
b.     Konsentrasi enzimPada umumnya konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepata reaksi

10.Daftar pustaka

Poedjaji. Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia: Jakarta.

Arbianto, Purwo. 1993. Biokimia Konsep-konsep Dasar. Bandung: KimiaFMIPA.

 Sadikin M. Seri biokimia: biokimia enzim. Jakarta: Widya Medika; 2002.

1. DEFINISI
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromoson X. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang nyeri dan menahun. Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya
mempunyai satu kromosom X. Sedang perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier). Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan wanita carrier hemofilia.
 Hemofilia A
Merupakan hemofilia klasik dan terjadi karena defisiensi faktor VIII. Sekitar 80% kasus hemofilia adalah hemofilia A.
 Hemofilia B.
Terjadi karena defesiensi faktor IX. Faktor IX diproduksi hati dan merupakan salah satu faktor pembekuan dependen vitamin K. Hemofilia B merupakan 12-15% kasus hemofilia.
Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.
  

   
2. ETIOLOGI
Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan sebagai hemofilia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X, sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X. Oleh karena itu, semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah carier penyakit, dan anak laki-laki tidak terkena. Anak laki-laki dari perempuan yang carier memiliki kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemofilia. Dapat terjadi wanita homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu carier), tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi. Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin akibat mutasi spontan .

3. MANIFESTASI KLINIK
Penyakit ini, yang bisa sangat berat, ditandai dengan memar besar dan meluas dan pendarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan lunak meskipun hanya akibat trauma kecil. Pasien sering merasakan nyeri pada sendi sebelum tampak adanya pembengkakan dan keterbatasan gerak. Pendarahan sendi berulang dapat mengakibatkan kerusakan berat sampai terjadi nyeri kronis dan ankilosis (fiksasi) sendi. Kebanyakan pasien mengalami kecacatan akibat kerusakan sendi sebelum mereka dewasa. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi. Penyakit ini sudah diketahui saat awal masa anak-anak, biasanya saat usia sekolah.
Sebelum tersedia konsentrat faktor VIII, kebanyakan pasien meninggal akibat komplikasi hemofilia sebelum mereka mencapai usia dewasa. Ada juga penderita hemofilia dengan defisiensi yang ringan, mempunyai sekitar 5% dan 25% kadar faktor VIII dan IX normal. Pasien seperti ini tidak mengalami nyeri dan kecacatan pada otot maupun pendarahan sendi, namun mengalami perdarahan ketika cabut gigi atau operasi. Namun demikian, perdarahan tersebut dapat berakibat fatal apabila penyebabnya tidak diketahui dengan segera.
 

4. KOMPLIKASI
Komplikasi hemofilia meliputi perdarahan dengan menurunnya perfusi, kekakuan sendi akibat perdarahan, hematuria spontan dan perdarahan gastrointestinal. Pada tahun-tahun terakhir, ditemukan bahwa pasien dengan hemofilia mempunyai resiko tinggi menderita AIDS akibat transfusi darah dan komponen darah yang pernah diterima. Semua darah yang didonorkan sekarang diperiksa terhadap adanya antibodi virus AIDS. Konsentrat faktor komersial biasanya sudah dipanaskan sehingga kemungkinan penularan penyakit infeksi melalui darah dapat diturunkan.
 
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
§ Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan waktu perdarahan yang normal, tetapi PTT memanjang. Terjadi penurunan pengukuran faktor VIII.
 Dapat dilakukan pemeriksaan pranatal untuk gen yang bersangkutan.§
   
6. PENATALAKSANAAN
Dimasa lalu, satu-satunya penanganan untuk hemofilia adalah plasma segar beku, yang harus diberikan dalam jumlah besar sehingga pasien akan mengalami kelebihan cairan. Sekarang sudah tersedia konsentrat faktor VIII dan IX disemua bandara. Konsentrat diberikan apabila pasien mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi atau pembedahan. Pasien dan keluarganya harus diajar cara memberikan konsentrat di rumah setiap kali ada tanda perdarahan.
Beberapa pasien membentuk antibodi terhadap konsentrat, sehingga kadar faktor tersebut tidak dapat dinaikkan. Penanganan masalah ini sangat sulit dan kadang tidak berhasil. Asam aminokaproat adalah penghambatan enzim fibrinolitik. Obat ini dapat memperlambat kelarutan bekuan darah yang sedang terbentuk, dan dapat digunakan setelah pembedahan mulut pasien dengan hemofilia.
Dalam rangka asuhan umum pasien dengan hemofilia tidak boleh diberi aspirin atau suntikan secara IM. Kebersihan mulut sangat penting sebagai upaya pencegahan, karena pencabutan gigi akan sangat membahayakan. Bidai dan alat ortopedi lainnya sangat berguna bagi pasien yang mengalami perdarahan otot atau sendi.

 
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Ø   Perdarahan internal (abdominal, dada, atau nyeri pinggang, darah dalam urin, usus/muntahan), hematom otot, dan perdarahan dalam rongga sendi.
 Tanda vital dan hasil pengukuran tekanan hemodinamika harus dipantau untuk melihat adanya tanda hipovolemia.
Ø   Semua ekstremitas dan tubuh diperiksa dengan teliti kalau ada tanda hematom.
Ø  Sendi dikaji akan adanya pembengkakan, keterbatasan gerak dan nyeri.
Ø   Pengukuran kebebasan gerak sendi dilakukan dengan perlahan dan teliti untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Apabila terjadi nyeri harus segera dihentikan.
Ø  Pasien ditanya mengenai adanya keterbatasan
Ø   aktivitas dan gerakan yang dialami sebelumnya dan setiap alat bantu yang dipakai seperti bidai, tongkat, atau kruk.
Ø   Apabila pasien baru  saja menjalani pembedahan, tempat luka operasi harus sering diperiksa dengan teliti akan adanya perdarahan.
Ø   Perlu dilakukan pemantauan tanda vital sampai dapat dipastikan bahwa tidak ada perdarahan pascaoperatif yang berlebihan.
Ø   Pasien dengan hemofilia harus ditanya mengenai bagaimana mereka dan keluarganya menghadapi kondisinya.
Ø  Upaya yang biasanya dipakai untuk mencegah episode perdarahan.
Ø   Keterbatasan yang diakibatkan oleh kondisi ini terhadap gaya hidup dan aktivitas sehari-hari.
Ø  Pasien yang sering dirawat di rumah sakit karena episode perdarahan akibat cedera harus ditanya secara teliti mengenai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya episode tersebut.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d perdarahan sendi dan kekakuan yang ditimbulkannya.
2. Gangguan pemeliharaan kesehatan b/d kurang informasi tentang penyakitnya.
3. Koping tidak efektif b/d kondisi kronis dan pengaruhnya terhadap gaya hidup.
Masalah kolaborasi/komplikasi potensial
Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup:
 Perdarahan§
III. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan
Tujuan utama mencakup mengurangi nyeri, kepatuhan terhadap upaya pencegahan perdarahan, mampu menghadapi kronisitas dan perubahan gaya hidup, dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi Keperawatan
Menghilangkan nyeri. Secara umum, diperlukan analgetik untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan hematoma otot yang besar dan perdarahan sendi. Analgetika oral non opioid dapat diberikan, karena nyeri dapat berlangsung lama, dan ketergantungan terhadap narkotika dapat menjadi masalah baru pada nyeri kronis. Kadang perlu juga diberikan analgetik sebelum melakukan aktivitas yang diketahui menimbulkan nyeri. Hal ini tidak hanya membantu pasien menjalankan aktivitasnya, tetapi juga cenderung dapat menurunkan jumlah analgetika yang dibutuhkan.
Segala upaya harus dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan nyeri akibat aktivitas. Pasien didorong untuk bergerak perlahan dan mencegah stres pada sendi yang terkena. Banyak pasien yang merasakan bahwa berendam air hangat dapat membantu relaksasi, memperbaiki mobilitas, dan mengurangi nyeri. Tetapi, kompres panas harus dihindari selama episode perdarahan, karena dapat mengakibatkan perdarahan lebih lanjut.
Karena nyeri sendi membatasi gerak, maka pasien dengan nyeri yang sangat selama aktivitas dapat dibantu dengan alat bantu. Bidai, tongkat, atau kruk sangat berguna untuk memindahkan beban tubuh pada sendi yang sangat nyeri. Bidai harus terpasang dengan tepat untuk menghindari tekanan pada permukaan tubuh, yang dapat mengakibatkan cedera jaringan dan perdarahan.
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi. Pasien dikaji sesering mungkin mengenai adanya tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan seperti yang ditandai dengan adanya hipoksia pada organ vital, gelisah, cemas, pucat, kulit dingin lembab; nyeri dada dan penurunan curah urin. Hipotensi dan takikardi dapat terjadi akibat kekurangan volume. Tekanan darah, denyut nadi, respirasi, tekanan vena sentral dan tekan arteri pulmoner harus dipantau, begitu juga hemoglobin dan hematokrit, waktu perdarahan dan pembekuan, serta angka trombosit.
Pasien diamati sesering mungkin mengenai adanya perdarahan dari kulit, membran mukosa, dan luka serta adanya perdarahan internal. Selama terjadinya episode perdarahan, pasien dijaga agar tetap istirahat dan diberikan tekanan lembut pada tempat perdarahan aksternal. Kompres dingin diberikan pada tempat perdarahan bila perlu.
Obat parenteral diberikan dengan jarum ukuran kecil untuk mengurangi trauma dan risiko perdarahan. Segala usaha harus diupayakan untuk melindungi pasien dari trauma. Lingkungan dijaga agar bebas dari rintangan yang dapat menyebabkan jatuh, pasien dipindah dan digeser dengan sangat hati-hati. Tepi tempat tidur harus dilapisi dengan bantalan yang lunak. Darah dan komponen darah diberikan sesuai kebutuhan, dan diusahakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Upaya pencegahan perdarahan. Pasien dan keluarganya diberi informasi mengenai risiko perdarahan dan usaha pengamanan yang perlu. Mereka dianjurkan untuk mengubah lingkungan rumah sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya trauma fisik. Rintangan yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Mencukur harus dilakukan dengan cukur listrik dan menggosok gigi dengan sikat yang lembut untuk menjaga kebersihan mulut. Mengeluarkan ingus dengan kuat, batuk dan mengejan saat BAB harus dihindari. Pencahar diberikan bila perlu. Aspirin atau obat yang mengandung aspirin harus dihindari.
Dianjurkan melakukan aktivitas fisik, tetapi dengan keamanan yang baik. Olahraga tanpa kontak seperti berenang, hiking, dan golf merupakan aktivitas yang dapat diterima, sementara olahraga dengan kontak harus dihindari. Latihan penguatan tungkai sangat perlu untuk rehabilitasi setelah hemartosis akut.
Perlunya kontrol yang teratur dan pemeriksaan laboratorium harus dijelaskan. Dengan pemahaman alasan perlunya evaluasi medis berkelanjutan, pasien akan mematuhi jadwal kontrol.
Menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup. Pasien dengan hemofilia sering memerlukan bantuan dalam menghadapi kondisi kronis, keterbatasan ruang kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi tersebut merupakan penyakit yang akan diturunkan ke generasi berikutnya. Sejak masa kanak-kanak, pasien dibantu untuk menerima dirinya sendiri dan penyakitnya serta mengidentifikasi aspek positif dari kehidupan mereka. Mereka harus didorong untuk merasa berarti dan tetap mandiri dengan mencegah trauma yang dapat menyebabkan episode perdarahan akut dan mengganggu kegiatan normal. Kemajuan dalam menerima kondisi tersebut, akan membuat mereka lebih bertanggung jawab untuk menjaga kesehatannya secara optimal. Meningkatnya presentase penderita hemofilia dengan HIV, maka pasien dan keluarganya harus belajar bagaimana mereka berhadapan dengan rasa marah yang dialami secara efektif sehubungan dengan penyakit yang mematikan tersebut. Peningkatan angka kematian pasien hemofilia yang menderita AIDS telah merubah peran perawat. Perawat harus mengetahui pengaruh stres tersebut secara profesional dan personal serta menggali semua sumber dukungan untuk mereka sendiri begitu juga untuk pasien dan keluarganya.
Idealnya, semua pasien dengan hemofilia dapat bekerja sama dengan pelayanan kesehatan, mematuhi perjanjian kontrol kesehatan dan kesehatan gigi, dan berusaha hidup sehat serta produktif. Banyak pasien yang memperoleh manfaat dari pusat layanan hemofilia dan kelompok pendukung. Lembaga tersebut memberikan layanan terpadu dan berkelanjutan serta kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain yang menghadapi situasi yang sama.
IV. EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Nyeri berkurang
a. Melaporkan berkurangnya nyeri setelah menelan analgetik
b. Memperlihatkan peningkatan kemampuan bertoleransi dengan gerakan sendi
c. Mempergunakan alat bantu (bila perlu) untuk mengurangi nyeri

2. Melakukan upaya mencegah perdarahan
a. Menghindari trauma fisik
b. Merubah lingkungan rumah untuk meningkatkan pengamanan
c. Mematuhi janji dengan profesional layanan kesehatan
d. Mematuhi janji menjalani pemeriksaan laboratorium
e. Menghindari olahraga kontak
f. Menghindari aspirin atau obat yang mengandung aspirin
g. Memakai gelang penanda


3. Mampu menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup
a. Mengidentifikasi aspek positif kehidupan
b. Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan mengenai masa depan dan perubahan      gaya hidup yang harus dilakukan
c. Berusaha mandiri
d. Menyusun rencana khusus untuk kelanjutan asuhan kesehatan


4. Tidak mengalami komplikasi
a. Tanda vital dan tekanan hemodinamika tetap normal
b. Hasil pemeriksaan laboratorium tetap dalam batas normal
c. Tidak mengalami perdarahan aktif

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1. EGC. Jakarta.

Kamis, 27 September 2012

blog ini berisi tentang tugas kuliah,,,semoga bermanfaat.... smile dont cry,,,fighting..



Laporan Praktikum
“GLUKOSA DARAH”
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia

images.jpg



NAMA   :   MAS AGUS AKHMAD YUFROHI

D3 keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung
Jl.Terusan Jakarta, No. 75 Antapani Bandung

Laporan Praktikum

1.   Judul praktikum:  glukosa darah

2.     Tujuan:  

-         agar dapat mengetahui pemeriksaan glukosa darah dan untuk menegakan diagnosa penyakit diabetes mellitus
-         akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan glukosa darah pada saat praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal



3.   Prinsip dasar:
Pada percobaan ini menggunakan metode elektrokimia dengan mengunakan alat glukometer. Kadar glukosa darah normal yang diperiksa melalui alat ini dalam keadaan puasa  berkisar antara 80-120 gr/100 ml, dalam keadaan setelah makan berkisar antara 120-140 gr/100 ml.
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4,5 – 5,5 mmol/L. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohidrat, kadar tersebut naik hingga 6,5 – 7,2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3,3 – 3,9 mmol/L. Penurunan mendadak kadar glukosa darah akan menyebabkan konvulsi, seperti terlihat pada keadaan overdosis insulin, karena pengaturan otak secara langsung pada pasokan glukosa. Namun, kadar yang jauh lebih rendah dapat ditoleransi asalkan terdapat adaptasi yang progressif. 





4.   Landasan teori:
 Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh

Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.


5.   Alat dan bahan:
a.    Lanset                       d. alcohol 70%
b.   Needle lanset             e. kapas
c.    Bengkok                    f. gluco strip


6.   Prosedur/cara kerja:
1.     Siapkan gluko meter dan gluko dtrip
2.     Nyalakan glukometer dengan menekan tombol power, lalu cocokan kode yang tertera pada glukometer dengan kode gluko strip(jika berbeda maka lakukan kalibrasi pada glukometer)
3.     Masukan gluko strip ke bagian lubang tes pada glukometer. Dorong strip sampai berhenti dengan bagian symbol menghadap kea rah atas, dan glukometer  akan berbunyi “beep”.
4.     Desinfeksi ujung jari yang akan diambil darahnya dengan menggunakan kapas alcohol, lalu tusuk ujung jari tersebut dan biarkan darah keluar
5.     Tempelkan jari yang berdarah ke bagian yang ditunjuk pada gluko strip dengan cara di miringkan, sehingga darah akan terserap otomatis oleh strip.
6.     Tekan tombol next,dan tunggu sampai keluar angka yang menunjukkan kadar glukosa pada darah yang diperiksa.


7.   Hasil tes:
No
Nama
Waktu
Gula darah
Makan
Pemeriksaan
1
Mas agus
11:30
03:00
84
2
Anjar
11:30
02:40
96
3
Ardi
11:30
02:30
104
4
Cita
12:30
02:15
94
5
Yudi
12:30
02:30
85
6
Ade
01:00
02:20
83
7
Erik
01:00
02:25
92
8
Argia
01:15
02:30
96
9
Asty
01:00
02:42
64
10
Stevanus
12:30
02:40
91
11
Eni
12:00
02:43
79
12
Dewi
Puasa
03:05
78
13
Alam
11:30
03:10
101



8.   Pembahasan:
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu sukrosa, pati dan selulosa. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah.


9.   Kesimpulan:
Dari praktikum pemeriksaan glukosa darah dapat saya simpulkan bahwa hasil pemeriksaan tidak ada di bawah 80 gr/ dl dan diatas 120 gr/dl. Keadaan ini normal karena masih diantara 80 – 120 gr / dl dan tidak terdapat penyakit yang kelebihan glukosa darah seperti diabetes mellitus.
1. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 80 – 120 gr/dl
2. Kelebihan kadar glukosa disebut Hiperglikemi
3. Kekurangan kadar glukosa disebut Hipoglikemi
4. Kadar glukosa yang terlalu berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya penyakit Diebetes Mellitus. 
dan setelah makanan dicerna dan diserap, kadar glukosa darah meningkat mencapai puncak lalu mulai turun. Penyerapan glukosa dari makanan oleh sel, terutama sel – sel hati, otot dan jaringan, menurunkan kadar glukosa darah. Dua jam setelah makan, kadar glukosa darah kembali ke kadar puasa normal sekitar 80-100 mg/dL.
10.Daftar pustaka
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Jakarta:Erlangga
[Anonim]. 2010. Gula Darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah (18 Desember 2010)
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Erlangga.